Merindukanmu

Assalaamu’alaikum my little angel šŸ™‚

Bunda malam tadi melow, tiba-tiba kangen kamu di perut bunda sayang.

Ternyata masih berat melepasmu pergi dari bunda.

Jadilah bunda menangis diam-diam, walaupun pada akhirnya ayah tahu kalau bunda menangis.

Kemudian ayah bilang, kalau bunda kangen kamu, bunda sebaiknya membacakan alfatihah dan doa buatmu sayang.

Dan bundapun langsung baca doa buat kamu sayang.

Meskipun bunda tahu, kamu belum berbentuk saat itu. Tapi bunda sayang sekali.

Bunda ingin mengobati rindu bunda padamu, lewat doa.

Menjadi Aku

Menjadi aku

Tidak perlu melihat orang lain

Tidak perlu membanding-bandingkan dengan orang lain

Aku harus melihat diriku saat ini

Kekuatan yang aku punya

Dan kelemahan yang seharusnya bisa menjadiĀ booster dan semangat untuk jadi lebih baik

Menjadi aku

Hanya perlu melawan diriku sendiri

Melawan ketakutan dan pesimisme

Melawan rasa malas

Melawan egois dan emosi pribadi

Menjadi pribadi yang mampu mengendalikan diri

Menjadi seseorang yang mau belajar dan mengembangkan diri

Berusaha untuk terus memberikan yang terbaik

Meski kadang lelah

Meski diri merasa lemah

Tapi Allah selalu ada

Ia menghimpun jiwa-jiwa yang pasrah

Menyuntikkan kekuatan-Nya

Bagi hamba-Nya yang “mau” berusaha

Sekilas yang Membekas

Assalaamu’alaikum my little angel. :”)
Bunda kangen sama kamu, sayang.
Rasanya singkat sekali waktu kita bersama.
Bunda memang tidak sadar kalau kamu ada di tubuh bunda waktu itu.
Bunda pulang kantor nebeng teman naik motor setiap hari.
Bunda tahu sepanjang jalan Banjarmasin – Banjarbaru banyak jalan yang rusak. Bunda setiap hari kelelahan dengan jarak dan waktu yang menghabiskan tenaga bunda. Mungkin itu juga yang membuat kamu sakit ya sayang.
Hingga akhirnya, bunda merasa mual-mual dan demam. Bunda masih tidak tahu bahwa kamu sedang tumbuh dalam perut bunda.
Ayahmu pun kuatir dan akhirnya meminta bunda untuk testpack.
Senangnya kami nak, karena ternyata bunda hamil kamu, malaikat kecil keluarga kami.
Kamu tahu sayang, kami telah mendambakan kamu sekian lama hadir dalam hidup kami.
Ketika kami tahu kamu ada, kami bersyukur sekali kepada Allah karena mengirimkan kamu.
Esok harinya, ayah dan bunda pun pergi ke dokter karena ingin bertemu kamu sayang, ingin tahu perkembangan kamu.
Kata dokter usia kamu sudah 5 minggu di perut bunda. Namun belum terlihat kantungnya. Kata dokter, 2 minggu lagi kami bisa melihat kamu lebih jelas lagi dan juga bisa mendengar detak jantungmu nak.
Senangnya hati bunda, sayang.
Kamu membuat ayah dan bunda makin rajin beribadah, makin bersyukur sama Allah, dan menambah makanan sehat untuk bunda.
Setiap waktu kami perdengarkan murottal untukmu sayang, agar kamu menjadi anak yang dekat dengan Al Quran, dekat dengan Allah.
Sekitar usiamu 6 minggu, tiba-tiba bunda keluar flek. Bunda takut kamu kenapa-kenapa di dalam perut bunda. Bunda takut kamu sakit, sayang.
Kami pun ke dokter untuk memastikan kondisimu sambil terus berdoa dan bersholawat untuk kebaikanmu, nak.
Saat di USG dokter bilang, kamu udah ga ada dalam perut bunda, nak.
Bunda awalnya ga percaya, karena darah yang keluar dari bunda cuman sedikit sekali. Tapi kenapa kamu sudah pergi sayang?
Bunda sedih sekali, bunda pun tidak bisa menahan tangisan bunda. Dokter pun memberikan obat pembersih rahim karena bunda tidak mau dikuret.
Sesampainya di rumah, ternyata celana bunda sudah penuh dengan darah.
Mungkin kamu sudah keluar dalam perjalanan ke rumah sakit tadi ya? Pantas saja saat di USG kamu sudah tidak terlihat lagi.
Sedih hati bunda bahkan hingga saat ini.
Bunda kangen sekali sama kamu, nak.
Bunda rindu saat bunda merasakan mual dan muntah yang bunda alami. Walaupun bunda merasa sakit dan tidak enak, tapi hati bunda luar biasa senang karena ada kamu di perut bunda waktu itu.
Bunda sayang banget sama kamu, cintanya bunda, anak pertamanya ayah sama bunda. :’)
Oiya, kata ayah kamu berjenis kelamin laki-laki, karena ayah bertemu kamu dalam mimpi.
Ah sayang, bunda juga ingin ketemu sama kamu sayang. Kamu pasti jadi jagoannya bunda.
Namun bunda tahu, Allah sayang banget sama kamu, Allah sayang banget sama ayah dan bunda. Makanya Allah titipkan kamu ke bunda meski dalam waktu singkat.
Kamu adalah anugerah dari Allah dalam hidup bunda, maafkan bunda ya sayang karena belum bisa jagain kamu selama kamu di perut bunda.
Tolong sampaikan untuk Allah rasa terima kasih bunda karena Allah mengirimkan kamu untuk bunda. Bunda percaya Allah punya rencana terbaik. Kata ayah, kamu sedang berbahagia di surga. Bunda percaya itu. Bunda berharap Allah berkenan mengirimkan anugerah-Nya lagi kepada bunda dan mengizinkan ayah bunda menjadi orang tua yang bisa mendidik amanah-Nya itu menjadi manusia terbaik yang masuk dalam pengikut Rasulullah saw.
Kamu, adalah sekilas yang membekas, belahan jiwa kami.
Assalaamu’alaikum my little angel. šŸ™‚

Seandainya Kita Punya Waktu Lebih

Tulisan ini saya buat sebagai rasa simpati saya kepada orang-orang yang gemar berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

1484204446276-01-01

Seandainya kita punya waktu lebih untuk saling bercengkerama,

Mungkin tidak ada lagi suasana kaku ketika bersama.

Seandainya kita punya waktu lebih untuk tidak selalu mencekĀ gadgetĀ kita,

Mungkin kita akan lebih tahu kondisi lingkungan sosial kita dan bukan sekadar dunia maya.

Seandainya kita punya waktu lebih untuk tidak selaluĀ update dalam media sosial,

Mungkin kita akan mampu mengeksplor indahnya dunia dan punya pengalaman menarik yang memperkaya wawasan kita.

Seandainya kita punya waktu lebih untuk saling menatap satu sama lain,

Mungkin tidak ada rasa cemburu ketika kita lebih sibuk melihat foto-foto dengan banyaknya editan dibandingkan sosok nyata orang yang kita cintai.

Seandainya kita punya waktu lebih untuk saling bertanya kabar,

Mungkin tidak perlu saling menerka apakah kita masih punya makna di hidupnya hingga rasa menjadi kian hambar.

Seandainya kita punya waktu lebih lama untuk beribadah kepada-Nya,

Maka Tuhan tidak akan merasa menjadi yang nomor dua di hidup kita.

Itu semua karena kita lupa dan terlena dengan indahnya ilusi cahaya dari gadget semata. Mari kita genggam tangan orang di samping kita bukan gadget kita, dan katakan padanya: Aku bersyukur berada di dunia ini bersamamu di dunia nyata bukan di dunia yang penuh kepalsuan dan fatamorgana.

Seandainya kita punya waktu lebih…

Renungan Ramadhan

IMG_20170426_151900-01

Ketika kita membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain, merasa orang lain lebih daripada kita, merasa harapan dan doa belum juga terkabulkan, itu semua karena kita kurang intens dalam bersyukur. Bersyukurlah dengan yang kita miliki, jauhilah rasa iri, berbahagialah sepenuh hati.

Ketika kita merasa kita hanya seorang diri, merasa tidak ada yang mengerti, sesungguhnya Allah senantiasa menemani, hanya saja kita terlanjur merasakan lelah dalam perjuangan hidup ini. Maka kuatkanlah ikhlas dan sabarmu, wahai diri.

Ketika hati terasa susah dan beban di pundak membuat resah maka itu adalah pertanda hati membutuhkan kesejukan rohani, maka perbanyaklah sujud kepada Ilahi sembari mencurahkan segala isi hati, bertaubat dengan kerendahan hati, karena Allah merindukan kita, ingin dekat dengan kita, sehingga Ia mengingatkan kita dengan memberikan sedikit kesusahan agar kita bisa kembali dekat dengan-Nya.

Sering Lupa

20160602_162038.jpg

Belakangan ini, lagi sering lupa. Di pikiran sudah terpikir apa yang mau dikerjakan, sedetik kemudian ketika mau mengerjakan apa yang di pikiran tadi malah hilang. Makanya sekarang berusaha untuk lebih banyak menulis dan membaca, untuk melatih otak agar bisa waras kembali. Bahkan kepikiran mau lanjut S2 lagi. Tapi kerjaan lagi sibuk-sibuknya. Tapi uangnya mau dialokasikan ke pembangunan rumah. Dan masih banyak tapi-tapi yang lainnya. Jadinya malahĀ stuck. Jadinya malah tidak melakukan apa-apa, tidak menghasilkan apa-apa. Semoga pikiran bisa lebih ditata lagi agar menjadi lebih rapih dan bisa semakin fokus, kemudian sering lupa ini bisa segera hilang.

Kata Pertama

Ketika punya anak, orang tua selalu berusaha untuk mengetahui tumbuh kembang anaknya, salahs atunya adalah dengan mengetahui kata pertama yang diucapkan oleh anak yang disayanginya itu. Iseng-iseng saya pun menanyakan apa kata pertama yang saya ucapkan waktu saya kecil dulu.

Ternyata saya sudah bisa bicara saat umur saya menginjak empat bulan. Saat itu saya sedang bermain dengan Mbah Kakung dan Mbah Wedo di rumah. Keduanya asyik mengajak saya ngobrol, dan ketika itu Mbah Kakung bertanya kepada Nila kecil “Nduk, sayang tidak sama Mbah?”. Nila kecil pun senyum cengengesan. Mbah pun bertanya hingga tiga kali kepada Nila kecil.

Mungkin momen itulah yang menstimulus Nila kecil waktu itu. Dan Nila kecil pun masih sembari tertawa cengengesan menjawab, “Sa-yang.” Seketika suasana di rumah sederhana tempat Nila kecil tinggal itupun menjadi ramai, si Nila kecil sudah bisa berbicara, setidaknya ia sudah mengucapkan kata pertamanya. Bukan mama, bukan papa yang mana itu menjadi kata pertama yang biasanya anak-anak ucapkan.

Cerita itu bagi saya adalah sesuatu yang menakjubkan. Sayang adalah kata pertama yang saya ucapkan, saya berharap kata itu bisa saya bawa hingga kini hingga saya bisa menebarkan kasih sayang kepada sesama manusia dan lingkungan saya ke depannya.

Uncomfortable Situation, Uncomfortable Feeling

Apa yang akan kalian lakukan jika merasa tidak nyaman terhadap sesuatu? Apakah akanĀ surviveĀ atau harus keluar dari ketidaknyamanan itu?

Saat ini saya merasa tidak nyaman dengan suasana bekerja yang seakan-akan memengaruhi keseluruhan hidup saya, hingga saya merasa tidak nyaman dengan diri saya sendiri. Saya seakan merasa bimbang, apakah saya berada di jalur yang tepat? apakah saya akan baik-baik saja jika saya terus melanjutkan ini? atau mungkin saya harus menyadari bahwa saya memang tidak mampu, tahu kapan saya harus menyerah, kembali ke realita, dan mencari jalur lain? Ini adalah pilihan yang harus saya pilih dan mungkin itu pula yang harus dihadapi semua orang di luar sana.

Memilih untuk terus berjuang meski berdarah-darah, atau memutuskan untuk berhenti. Apapun yang akan kita pilih, tidak ada yang benar maupun salah. Yang ada hanyalah subjektivitas di sisi kita, menurut kacamata kita atas segala kelebihan dan kekurangan atas masing-masing pilihan, dengan mempertimbangkan setiapĀ cost opportunity yang bisa ditolerir untuk kita terima, seberapa banyak risiko yang akan muncul dari pilihan yang ada dan mana saja yang sanggup kita hadapi.

Pilihan apapun yang pada akhirnya kita putuskan, percayalah bahwa kita bertanggung jawab penuh dan hadapi segala konsekuensinya dengan berani. Percayalah bahwa hanya kita sendiri yang bisa memutuskannya karena ke depannya kitalah yang akan menjalani. Jangan terlalu memikirkan pendapat orang lain yang membayang-bayangi keputusan kita. Jangan pernah takut untuk berhenti jika memang sudah tidak sanggup lagi untuk meneruskan. Karena orang lain hanya akan berani berkomentar namun jarang yang bisa memberikan solusi. Percaya pada diri sendiri. Jawaban sebenarnya berasal dari dalam dirimu, di hati kecilmu.

Terlalu Sibuk

Saya tidak mau menjadi terlalu sibuk sehingga saya melupakan keluarga saya.

Saya tidak mau menjadi terlalu sibuk dan menjadi acuh pada kebahagiaan diri saya.

Saya tidak ingin menjadi orang sibuk yang tidak memprioritaskan ibadah.

Saya enggan menjadi sibuk hingga saya tidak peduli lagi dengan kesehatan dan lingkungan saya.

Saya tidak mau jadi orang sibuk yang waktunya terbuang untuk menjadi seseorang yang bukan saya.

Sungguh saya tidak mau menjadi sibuk jika kesibukan itu hanya membuat saya jauh dari kesyukuran dan nikmat Tuhan yang tidak mungkin bisa saya dustakan.

Kosong

Beberapa hari ini tidak ada yang bisa saya tulis. Rasanya ide hilang entah kemana. Dalam sehari biasanya selalu ada saja yang ingin saya tulis, walaupun hanya sedikit, saya seringkali menulis di memo gadget saya yang kemudian saya kumpulkan sebagai bahan untuk saya menulis di sini. Namun saat ini benar-benar kosong. Mungkin karena otak saya sudah dipaksa untuk beroperasi sedemikian berat. Atau mungkin karena tubuh saya sudah perlu istirahat karena terus-terusan beraktivitas melebihi batasan waktu dan kemampuan saya. Intinya saat ini saya mulai lelah. Lelah dengan keadaan yang terlalu menekan saya. Saya butuh sedikit kelonggaran, untuk menata diri saya, untuk menjalani aktivitas-aktivitas ringan namun penuh makna, untuk mengisi kekosongan hati dan lelahnya jiwa. Sudah terlalu banyak hal berharga yang saya korbankan beberapa waktu terakhir.Ā  Dan saya tidak mau itu terus berlanjut, untuk terus menyita energi saya, namun hasilnya kosong tak bermakna.

Design a site like this with WordPress.com
Get started